Cegah Radikalisme mahasiswa Iain Kudus bersama Kesbangpol kudus gelar Seminar Penguatan Ideologi Negara Dewan Eksekutif Mahasiswa

Kudus – Menggelar Seminar Penguatan Ideologi Negara Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Syariah IAIN Kudus bekerjasama dengan Badan Kesbangpol Kabupaten Kudus yang dilaksanakan di Auditorium Lantai III Gedung Rektorat IAIN Kudus.

 

Dengan mengangkat tema Manifestasi Petarung Ideologi Demi NKRI, seminar Penguatan Ideologi Negara ini dibuka langsung oleh Bupati Kudus Dr. H. Hartopo, S.T., M.T., M.H dengan menghadirkan dua narasumber yaitu IPTU Subkhan, S.H., M.H Kanit Keamanan Satintelkam Polres Kudus dan Dr. Abdul Jalil, M.E.I Dosen Pasca Sarjana IAIN Kudus.

Turut Hadir Rektor IAIN Kudus Prof. Dr. H. Abdurrahman Kasdi, Lc., M.Si, Dr. Any Ismayati, S.H., M.hum Dekan Fakultas Syariah IAIN Kudus, Harso Widodo, A.P Kepala Badan Kesbangpol Kudus dan M. Amin Rois Ketua Dema IAIN Kudus serta diikuti sekitar seratus mahasiswa.

 

Bupati Kudus Dr. H. Hartopo, S.T., M.T., M.H dalam sambutannya menyampaikan bahwa memahami apa yang disebut ideologi memang diperlukan, karena dengan ideologi bangsa dapat berdiri dengan kokoh. Untuk itu menjadi penting untuk terus mempertahankan satu kesatuan ideologi bangsa demi tegaknya sebuah bangsa dan negara.

 

“Peran mahasiswa sebagai agen perubahan menjadi penting karena mahasiswa merupakan contoh masyarakat sekaligus sebagai duta. Mahasiswa harus cerdas untuk membedakan mana yang valid mana yang gak valid. Bentuk kekerasan dan berita kurang baik harus disaring dan nilai pancasila yang benar harus dijadikan pedoman dan diimplementasikan,” kata Bupati Kudus.

 

Pemateri pertama oleh Kanit Keamanan Polres Kudus IPTU Subkhan,S.H.,M.H menyampaikan Propaganda adalah cara paling efektif dan efesian karena tidak terbatas ruang dan waktu, terlebih yang terjadi di generasi muda saat ini.

 

“Banyak ancaman terhadap bangsa dan negara kita, namun yang paling dekat dan setiap saat ada disekitar kita adalah ancaman radikalisme, karena penyebarannya saat ini masif terjadi melalui propaganda di handphone kita, ” demikian pernyataan IPTU Subkhan, S.H., M.H mengawali materinya.

 

“Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) di tahun 2017 menemukan 9,2% dari 261,9 juta penduduk Indonesia ingin mengubah Ideologi Pancasila, kemudian IDN Research Institute di tahun 2019 menemukan 19,5% dari 268,1 juta penduduk Indonesia juga ingin merubah Ideologi Pancasila.  Kenaikan angka tersebut karena mereka berhasil melakukan propaganda dengan memanfaatkan karakter generasi muda kita,”imbuhnya.

 

Kanit Keamanan Polres Kudus IPTU Subkhan, S.H., M.H  juga menjelaskan bahwa selama ini kita yang mayoritas lebih banyak diam, namun mereka yang minoritas berisik di dunia internet dan media sosial, sehingga kita yang mayoritas menjadi kekuatan minoritas dan sebaliknya.

 

“Untuk menjadi petarung ideologi maka kita harus dapat menemukan dimana lokasi pertarungan itu harus dilakukan, dan terkait penyebaran radikalisme maka lokasi pertarungannya saat ini adalah di dunia internet dan media sosial,” jelasnya.

 

Untuk itu, manifestasi petarung ideologi demi NKRI saat ini adalah dengan mengambil alih dunia internet dan media sosial, sehingga suara mereka tidak bising lagi, dan dengan adanya pertarungan ideologi maka masyarakat akan memiliki pembanding manakala mendapatkan sesuatu dari sudut pandang radikalisme.

 

Lebih lanjut IPTU Subkhan berpesan, “jadilah petarung-petarung ideologi demi NKRI dengan bersuara disemua media dan dunia nyata, pahami ayat suci secara substansi dan kuasai tekhnologi untuk selamatkan NKRI dari siapapun yang berambisi untuk menghancurkan ideologi negeri ini.”

 

Dosen Pasca Sarjana IAIN Kudus DR. Abdul Jalil, M.E.I. dalam kesempatan tersebut juga menegaskan, Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia memiliki peran yang sangat strategis. Posisi ini menjadi semakin menunjukkan siginifikansinya ketika dunia Arab telah “gagal” menghadirkan agama yang damai.

 

”Fenomena membungkus kepentingan dengan berbaju agama masih menghiasi halaman depan Bangsa Indonesia. Gegernya jagad Indonesia dengan fenomena Cebong-Kampret, Kadrun, HTI dan FPI yang terjadi beberapa waktu lalu memperlihatkan wajah senyatanya ideologi di Indonesia.”tegasnya

 

DR. Abdul Jalil  menambahkan jika NKRI Syariah diarahkan untuk pelaksanaan hukum pidana Islam (hudud), atau cara beragama madzhab tertentu sebagai aliran resmi negara, itu merupakan awal dari masalah.

 

“Akan muncul “teror” atas nama agama yang lahir dari penafsiran parsial terhadap teks keagamaan. Penafsiran ini pada gilirannya akan melahirkan sikap fanatis, eksklusif, intoleran, radikal, militan, dan selalu berkeinginan membersihkan isme-isme modern seperti humanisme, modernisme dan liberalisme karena mereka menganggap dirinya sebagai satu-satunya penafsir yang benar,”pungkasnya.

Kudus – Menggelar Seminar Penguatan Ideologi Negara Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Syariah IAIN Kudus bekerjasama dengan Badan Kesbangpol Kabupaten Kudus yang dilaksanakan di Auditorium Lantai III Gedung Rektorat IAIN Kudus.

Dengan mengangkat tema Manifestasi Petarung Ideologi Demi NKRI, seminar Penguatan Ideologi Negara ini dibuka langsung oleh Bupati Kudus Dr. H. Hartopo, S.T., M.T., M.H dengan menghadirkan dua narasumber yaitu IPTU Subkhan, S.H., M.H Kanit Keamanan Satintelkam Polres Kudus dan Dr. Abdul Jalil, M.E.I Dosen Pasca Sarjana IAIN Kudus.
Turut Hadir Rektor IAIN Kudus Prof. Dr. H. Abdurrahman Kasdi, Lc., M.Si, Dr. Any Ismayati, S.H., M.hum Dekan Fakultas Syariah IAIN Kudus, Harso Widodo, A.P Kepala Badan Kesbangpol Kudus dan M. Amin Rois Ketua Dema IAIN Kudus serta diikuti sekitar seratus mahasiswa.

Bupati Kudus Dr. H. Hartopo, S.T., M.T., M.H dalam sambutannya menyampaikan bahwa memahami apa yang disebut ideologi memang diperlukan, karena dengan ideologi bangsa dapat berdiri dengan kokoh. Untuk itu menjadi penting untuk terus mempertahankan satu kesatuan ideologi bangsa demi tegaknya sebuah bangsa dan negara.

“Peran mahasiswa sebagai agen perubahan menjadi penting karena mahasiswa merupakan contoh masyarakat sekaligus sebagai duta. Mahasiswa harus cerdas untuk membedakan mana yang valid mana yang gak valid. Bentuk kekerasan dan berita kurang baik harus disaring dan nilai pancasila yang benar harus dijadikan pedoman dan diimplementasikan,” kata Bupati Kudus.

Pemateri pertama oleh Kanit Keamanan Polres Kudus IPTU Subkhan,S.H.,M.H menyampaikan Propaganda adalah cara paling efektif dan efesian karena tidak terbatas ruang dan waktu, terlebih yang terjadi di generasi muda saat ini.

“Banyak ancaman terhadap bangsa dan negara kita, namun yang paling dekat dan setiap saat ada disekitar kita adalah ancaman radikalisme, karena penyebarannya saat ini masif terjadi melalui propaganda di handphone kita, ” demikian pernyataan IPTU Subkhan, S.H., M.H mengawali materinya.

“Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) di tahun 2017 menemukan 9,2% dari 261,9 juta penduduk Indonesia ingin mengubah Ideologi Pancasila, kemudian IDN Research Institute di tahun 2019 menemukan 19,5% dari 268,1 juta penduduk Indonesia juga ingin merubah Ideologi Pancasila. Kenaikan angka tersebut karena mereka berhasil melakukan propaganda dengan memanfaatkan karakter generasi muda kita,”imbuhnya.

Kanit Keamanan Polres Kudus IPTU Subkhan, S.H., M.H juga menjelaskan bahwa selama ini kita yang mayoritas lebih banyak diam, namun mereka yang minoritas berisik di dunia internet dan media sosial, sehingga kita yang mayoritas menjadi kekuatan minoritas dan sebaliknya.

“Untuk menjadi petarung ideologi maka kita harus dapat menemukan dimana lokasi pertarungan itu harus dilakukan, dan terkait penyebaran radikalisme maka lokasi pertarungannya saat ini adalah di dunia internet dan media sosial,” jelasnya.

Untuk itu, manifestasi petarung ideologi demi NKRI saat ini adalah dengan mengambil alih dunia internet dan media sosial, sehingga suara mereka tidak bising lagi, dan dengan adanya pertarungan ideologi maka masyarakat akan memiliki pembanding manakala mendapatkan sesuatu dari sudut pandang radikalisme.

Lebih lanjut IPTU Subkhan berpesan, “jadilah petarung-petarung ideologi demi NKRI dengan bersuara disemua media dan dunia nyata, pahami ayat suci secara substansi dan kuasai tekhnologi untuk selamatkan NKRI dari siapapun yang berambisi untuk menghancurkan ideologi negeri ini.”

Dosen Pasca Sarjana IAIN Kudus DR. Abdul Jalil, M.E.I. dalam kesempatan tersebut juga menegaskan, Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia memiliki peran yang sangat strategis. Posisi ini menjadi semakin menunjukkan siginifikansinya ketika dunia Arab telah “gagal” menghadirkan agama yang damai.

”Fenomena membungkus kepentingan dengan berbaju agama masih menghiasi halaman depan Bangsa Indonesia. Gegernya jagad Indonesia dengan fenomena Cebong-Kampret, Kadrun, HTI dan FPI yang terjadi beberapa waktu lalu memperlihatkan wajah senyatanya ideologi di Indonesia.”tegasnya

DR. Abdul Jalil menambahkan jika NKRI Syariah diarahkan untuk pelaksanaan hukum pidana Islam (hudud), atau cara beragama madzhab tertentu sebagai aliran resmi negara, itu merupakan awal dari masalah.

“Akan muncul “teror” atas nama agama yang lahir dari penafsiran parsial terhadap teks keagamaan. Penafsiran ini pada gilirannya akan melahirkan sikap fanatis, eksklusif, intoleran, radikal, militan, dan selalu berkeinginan membersihkan isme-isme modern seperti humanisme, modernisme dan liberalisme karena mereka menganggap dirinya sebagai satu-satunya penafsir yang benar,”pungkasnya.

Belum ada Komentar untuk "Cegah Radikalisme mahasiswa Iain Kudus bersama Kesbangpol kudus gelar Seminar Penguatan Ideologi Negara Dewan Eksekutif Mahasiswa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel